Menyikapi Tren "Salam dari Binjai" Agar Kita Tidak Lalai

Berdasarkan informasi dari Kompas.com (3/11/2021) teradapat setidaknya 50 pohon pisang di Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur ditemukan dalam kondisi rusak dan roboh. Kerusakan yang terjadi diketahui disebabkan oleh 9 pelajar SMP yang menirukan tren viral "Salam dari Binjai" yang diperkenalkan oleh Paris Pernandes akhir-akhir ini. Akibatnya, 5 orang pemilik lahan pohon pisang tersebut mengalami kerugian.

Aksi memukul-mukul batang pohon pisang dengan tangan kosong oleh para pelajar ini justru dilakukan dengan gembira tanpa beban. Hal itu tampak dalam video yang mereka unggah di media sosial.

Memang penggunaan media sosial saat ini perlu dipantau terutama pada anak-anak. Karena kebanyakan dari mereka akan mengikuti apa yang mereka lihat tanpa disaring terlebih dahulu. Sama seperti tren ini yang membuat setiap yang melakukannya terlihat kuat.

Namun sebenarnya hal-hal viral memungkinkan adanya dampak positif maupun negatif. Seperti "Salam dari Binjai" ini yang nantinya bisa berpotensi merusak lingkungan dan pemandangan.

Minimal yang harus kita lakukan terutama sebagai pelajar seharusnya mampu memilah dan memikirkan dampak dari tren-tren yang ada. Kreatifitas adalah jawaban jika kita ingin melakukan suatu tren. 

Mengambil hal baik yang terdapat di dalamnya kemudian membuat versi kita sendiri. Dengan begitu, diharapkan sesuatu yang kurang berkenan tidak terjadi kembali, seperti menimbulkan kerusakan terhadap sesuatu yang bukan milik kita.